Yusuf dijual-beli sebagai hamba sahaya



Yusuf sedang berada di dlm perigi itu seorg diri, diliputi oleh kegelapan dan kesunyian yg mencekam. Ia melihat ke atas dan ke bawah ke kanan dan ke kiri memikirkan bagaimana ia dapat mengangkatkan dirinya dari perigi itu , namun ia tidap melihat sesuatu yg dpt menolongnya. IA hanya dapat melihat bayangan tubuhnya dlm air yg cetek di bawah kakinya. Sungguh suatu ujian yg amat berat bagi seorg semuda Yusuf yg masih belum banyak pengalaman nya dlm penghidupan, bah baru pertama kali ia berpisah dari ayahnya yg sangat menyayangi dan memanjakannya. Lebih-lebih terasa beratnya uijian itu ialah krn yg melemparkannya ke dasar telaga itu adalah abang-abangnya sendiri, putera-putera ayahnya.

Yusuf di samping memikirkan nasibnya yg sedang dialami, serta bagaimana ia menyelamatkan dirinya dari bahaya kelaparan sekiranya ia lama tidak tertolong, ia selalu mengenangkan ayahnya ketika melihat abang-abangnya kembali pulang ke rumah tanpa dirinya bersama mrk.
Tiga hari berselang, sejak Yusuf dilemparkan ke dlm perigi, dan belum nampak tanda-tanda yg memberi harapan baginya dapat keluar dari kurungannya, sedangkan bahaya kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa ketika sekonyong-konyong terdengar olehnya suara sayup-sayup, suara aneh yg belum pernah didengarnya sejak ia dilemparkan ke dlm telaga itu. Makin lama makin jelaslah suara-suara itu yg akhirnya terdengar seakan anjing menggonggong suara org-org bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara jejak kaki manusia dan binatang sekitar telaga itu.

Ternyata apa yg terdengar oleh Yusuf, ialah suara-suara yg timbul oleh sebuah kafilah yg sedang berhenti di sekitar perigi, di mana ia terkurung utk beristirehat sambil mencari air utk diminum bagi mrk dan binatang-binatang mrk. alangkah genbiranya Yusuf ketika keetika ia sedang memasang telinganya dan menengar suara ketua kafilah memerintahkan orgnya melepaskan gayung mengambil air dari telaga itu. Sejurus kemudian dilihat oleh Yusuf Sebuah gayung turun ke bawah dan begitu terjangkau oleh tangannya dipeganglah kuat-kuat gayung itu yg kemudian ditarik ke atas oleh sang musafir seraya berteriak mengeluh krn beratnya gayung yg ditarik itu.

Para musafir yg berada di kafilah itu terperanjat dan takjub ketika melihat bahawa yg memberatkan gayung itu bukannya air, tetapi manusia hidup berparas tampan, bertubuh tegak dan berkulit putih bersih. Mereka berunding apa yg akan diperbuat dgn hamba Allah yg telah diketemukan di dlm dasar perigi itu, dilepaskannya di tempat yg sunyi itu atau dikembalikan kepada keluarganya. Akhirnya bersepakatlah mrk utk dibawa ke Mesir dan dijual di sana sebagai hamba sahaya dgn harga, yg menurut tafsiran mrk akan mencapai harga yg tinggi, krn tubuhnya yg baik dan parasnya yg tampan.

Setibanya kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus , di mana manusia diperdagangkan dan diperjual-belikan sebagai barang dagangan atau sebagai binatang-binatang ternakan. Yusuf lalu ditawarkan di depan umum dilelongkan. Dan krn para musafir yg membawanya itu khuatir akan terbuka pertemuan Yusuf maka mereka enggan memepertahankan sampai mencapai harga yg tinggi, tetapi melepaskannya pada tawaran pertama dgn harga yg rendah dan tidak memadai. Padahal seorg seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dgn wang bahkan dgn emas seisi bumi pun tidak seimbang sebagai manusia yg besar dan makhluk Allah yg agung seperti Nabi Yusuf yg oleh Allah telah digariskan dalam takdirnya bahawa ia akan melaksanakan missi yg suci dan menjalankan peranan yg menentukan dlm pengaulan hidup umat manusia.

Nabi Yusuf dlm pelelongan itu dibeli oleh keeetua polis Mesir bernama Fathifar sebagai penawar pertama , yg merasa berbahagia memperoleh sorg hamba yg berparas bagus, bertubuh kuat dan air muka yg memberi kesan bahawa dalam manusia yg dibelikan itu terkandung jiwa yg besar, hati suci bersih dan bahawa ia bukanlah dari kualiti manusia yg harus diperjual-belikan.
Kata Fathifar kpd isterinya ketika mengenalkan Yusuf kpdnya:" Inilah hamba yg aku baru beli dari pelelongan. Berilah ia perlakuan dan layanan yg baik kalau-kalau kelak kami akan memperolehi manfaat drpnya dan memungutnya sebagai anak kandung kita. Aku dapat firasat dari paras mukanya dan gerak-gerinya bahawa ia bukanlah dari golongan yg harus diperjual-belikan, bahkan mungkin sekali bahawa ia adalah dari keturunan keluarga yg berkedudukan tinggi dan org-org yg beradab.

Nyonya Fathifar, isteri Ketua Polis Mesir menerima Yusuf di rumahnya, sesuai dgn pesanan suaminya. dilayan sebagai salah seorg daripada anggota keluarganya dan sesekali tidak diperlakukannya sebagai hamba belian. Yusuf pun dapat menyesuaikan diri dgn keadaan rumahtangga Futhifar. Ia melakukan tugas sehari-harinya di rumah dgn penuh semangat dan dgn kejujuran serta disiplin yg tinggi. Segala kewajiban dan tugas yg diperintahkan kpdnya, diurus dgn senang hati seolah-olah dari perintah oleh org tuanya sendiri. Demikianlah, maka makin lama makin disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis Mesir itu sehingga merasa seakan-akan berada di rumah keluarga dan org tuanya sendiri. 

Tentang isi cerita di atas, dapat dibaca dlm surah "Yusuf" ayat 19 sehingga ayat 21 sebagai berikut: ~
"19. Kemudian datanglah kelompok org-org musafir, lalu mrk menyuruh seorg mengambil air mereka, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: " Oh! Khabar gembira, ini seorg anak muda!" Kemudian mrk menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yg mrk kerjakan. 20. Dan mrk menjual Yusuf dgn harga yg murah, iaitu beberapa dirham shj, dan mrk merasa tidak tertarik hatinya kpd Yusuf 21. Dan org Mesir yg membelinya berkata kpd isterinya: " Berikanlah kpdnya tempat {dan layanan} yg baik, boleh jadi dia bermanfaat kpd kita atau kita pungut dia sebagai anak." Dan demekian pulalah Kami memberikan kedudukan yg baik kpd Yusuf di muka bumi {Mesir} dan agar kami ajarkan kpdnya takdir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." {Surah Yusuf : 19 ~ 21} 
Bagikan Artikel Ini :